MASASE DAN PRESTASI ATLET
PENDAHULUAN
Pada era
kompetisi olahraga yang semakin ketat, perlu diadakan upaya optimalisasi
prestasi atlet. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain berupa
intervensi gizi, pemutakhiran teknik latihan, manajemen fase recovery dan
optimalisasi strategi kompetisi (Martin et al. 1998: 30). Dewasa ini masase sebelum pertandingan (pre-event), pada pertandingan (intra-event)
dan sesudah pertandingan (post-event) semakin dikembangkan untuk mengoptimalkan
performa fisiologis, biologis maupun psikologis atlet (Goats 1994: 149).
Masase
dalam hal ini merupakan manipulasi dari struktur jaringan lunak yang dapat
menenangkan serta mengurangi stress psikologis dengan meningkatkan hormone morphin
endogen seperti endorphin, enkefalin dan dinorfin sekaligus
menurunkan kadar stress hormon seperti hormon cortisol, norepinephrine dan dopamine
(Best et al. 2008: 446). Secara
fisiologis, masase terbukti dapat menurunkan denyut jantung, meningkatkan
tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah dan limfe, mengurangi ketegangan
otot, meningkatkan jangkauan gerak sendi serta mengurangi nyeri (Callaghan
1993: 28). Manfaat fisiologis tersebut telah banyak
digunakan atlet baik untuk mendukung performa fisik maupun untuk tujuan lain
seperti pencegahan, terapi dan rehabilitasi cedera maupun dampak negatif dari
olahraga. Artikel ini meninjau efek fisiologis masase, tujuan penggunaan masase
sebelum pertandingan (pre-event), pada pertandingan (intra-event) dan
sesudah pertandingan (post-event) beserta teknik teknik massage yang
dapat memenuhi tujuan tersebut.
EFEK
FISIOLOGIS MASASE
1.
Membantu mengurangi pembengkakan pada
fase kronis lewat mekanisme eningkatan
aliran darah dan limfe.
2.
Mengurangi persepsi nyeri melalui
mekanisme penghambatan rangsang nyeri (gate control) serta peningkatkan
hormon morphin endogen
3.
Meningkatkan relaksasi otot sehingga
mengurangi ketegangan/spasme atau kram otot.
4.
Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan,
koordinasi, keseimbangan dan fungsi otot sehingga dapat meningkatkan performa fisik
atlet sekaligus mengurangi resiko terjadinya cedera pada atlet.
5.
Berpotensi untuk mengurangi waktu
pemulihan dengan jalan meningkatkan supply oksigen dan nutrient serta
meningkatkan eliminasi sisa metabolism tubuh karena terjadi peningkatan aliran
darah.
TEKNIK MASSASE
DAN PENGGUNAANNYA PADA ATLET (PERTANDINGAN)
Masase merupakan teknik
manipulasi jaringan lunak melalui tekanan dan gerakan. Teknik ini dapat
dilakukan pada seluruh tubuh maupun pada bagian tertentu (contoh punggung, kaki
dan tangan). Masase dengan teknik Swedia memiliki aplikasi pokok berupa teknik
gerakan seperti effleurage, petrissage, vibration, dan tapotement.
Callaghan (1993:28) menguraikan beberapa pengertian serta teknik dasar aplikasi
masase tersebut sebagai berikut:
1. Effeurage
Eufleurage (menggosok),
adalah gerakan ringan berirama yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh. Effleurage
menggunakan seluruh permukaan telapak tangan dan jari-jari untuk menggosok
daerah tubuh tertentu. Tujuan aplikasi ini adalah memperlancar peredaran darah
dan cairan getah bening (limfe).
2. Friction
Friction (menggerus)
adalah gerakan menggerus yang arahnya naik dan turun secara bebas. Friction (menggunakan
ujung jari atau ibu jari dengan menggeruskan melingkar seperti spiral pada
bagian otot tertentu. Tujuannya adalah membantu menghancurkan myloglosis, yaitu
timbunan sisa-sisa pembakaran energi (asam laktat) yang terdapat pada otot yang
menyebabkan pengerasan pada otot.
3. Petrissage
Petrissage merupakan
manipulasi yang terdiri dari perasan, tekanan, atau pengangkatan otot dan
jaringan dalam. Efek petrissage dapat mempengaruhi saraf motorik. Efek petrissage
sangat berguna pada saat terjadi kelelahan otot. Petrissage (memijat)
yaitu dilakukan dengan memeras atau memijat otot-otot serta jaringan penunjangnya,
dengan gerakan menekan otot kebawah dan kemudian meremasnya, yaitu dengan jalan
mengangkat seolah-olah menjebol otot keatas. Tujuan dari petrissage yaitu
untuk mendorong aliran darah kembali kejantung dan mendorongkeluar sisa-sisa pembakaran.
4.Tapotement
Tapotement merupakan
gerakan pukulan ringan berirama yang dibarikan pada bagian yang berdaging.
Tujuannya adalah mendorong atau mempercepat aliran darah dan mendorong keluar
sisa-sisa pembakaran dari tempat persembunyiannya. Tapotement (memukul)
yaitu dengan kepalan tangan, jari lurus, setengah lurus atau dengan telapak
tangan yang mencekung, dengan dipukulkan ke bagian otot-otot besar seperti otot
punggung. Tujuannya yaitu untuk merangsang serabut saraf tepi dan merangsang
organ-organ tubuh bagian dalam.
5. Vibration
Vibration (menggetarkan),
yaitu gerakan menggetarkan yang dilakukan secara manual juga mekanik. Tujuannya
adalah untuk merangsang saraf secara halus dan lembut agar mengurangi atau
melemahkan rangsang yang berlebihan pada saraf yang dapat menimbulkan
ketegangan. Vibration (menggetar) yaitu manipulasi dengan menggunakan
telapak tangan atau jari-jari, getaran yang dihasilkan dari kontraksi isometri
dari otot-otot lengan bawah dan lengan atas, yaitu kontraksi tanpa pemendekan
atau pengerutan serabut otot. Tujuan vibration yaitu untuk merangsangi saraf
secara halus dan lembut, dengan maksud untuk menenangkan saraf.
Masase pada atlet
bertujuan untuk mempersiapkan fisik maupun mental atlet sebelum mengikuti
pertandingan, memaksimalkan potensi prestasi atlet, mempercepat proses
pemulihan (recovery) serta mengurangi resiko terjadinya cedera maupun gangguan
lain akibat aktivitas fisik dengan intensitas tinggi (Cafarelli et al. 1992:
8).
Manipulasi masase
ditujukan untuk mendiagnosis ada tidaknya gangguan fisik sebelum atau sesudah
pertandingan, memperbaiki gangguan fisik yang terjadi, memobilisasi dan
memberbaiki tonus otot, mencetuskan relaksasi, menstimulasi sirkulasi untuk
mempercepat proses pemulihan (Martin et al. 1998: 30). Dalam hal ini masseur
harus mengenal otot-otot yang paling terdampak pada aktivitas olahraga tertentu
serta bagaimana responnya terhadap berbagai jenis teknik masase. Pada pelaksanananya
sports masase mengakomodasikan teknik Swedia dengan beberapa aplikasi spesifik
seperti: effleurage, petrissage, vibration, dan tapotement.
Masase Sebelum
Pertandingan
Masase sebelum
pertandingan (pre-event massage) merupakan jenis masase yang digunakan
sebagai pelengkap dari kegiatan pemanasan atlet untuk meningkatkan sirkulasi
peredaran darah dan limfe serta untuk mengurangi ketegangan otot sebelum
bertanding. Masase jenis ini dilakukan beberapa saat sebelum kompetisi
(Hemmings 2001: 165).
Masase sebelum
pertandingan dilakukan idealnya dilakukan selama 10-15 menit. Masase dengan
intensitas ringan dan jangka waktu terlalu lama justru akan menurunkan
kemampuan kontraksi otot. Jenis manipulasi yang digunakan biasanya adalah
teknik Swedia (petrissage, vibration atau percussion), compression,
jostling, strokes dan frictions (Goats 1994: 149). Dari
teknik ini eufleurage cepat dilakukan untuk menstimulasi dan
menghangatkan otot serta petrisase untuk melancarkan kerja otot dan
mengurangi ketegangan otot. Eufleurage pada umumnya bersifat relaksatif akan tetapi apabila dilakukan dengan cepat
dapat bersifat stimulatif. Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan percussion
dan cupping untuk menstimulasi kontraksi otot (Best et al. 2008:
446). Pada jenis olahraga tertentu jenis deep massage merupakan jenis
yang dikontraindikasikan mengingat teknik masase ini memicu
fleksibilitas sehingga
dapat mengurangi kecepatan dan kekuatan. Bagian tubuh yang dimasase bervariasi
tergantung dengan jenis olahraga walaupun pada umumnya target utama masase
adalah kaki dan punggung. Masase pre-event dilakukan sebelum dilakukan
pemanasan sehingga efek fisiologis pemanasan dapat terjadi secara maksimal. Hemming
(2000:109) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan pada masase
sebelum pertandingan adalah sebagai berikut :
1.
Gunakan teknik masase sesuai dengan
tujuan kompetisi.
2.
Masase ditujukan untuk menimbulkan hyperimia
jangka panjang.
3.
Masase diawali dengan intensitas ringan
kemudian secara bertahap ditingkatkan tekanan dan kecepatannya.
4.
Masseur tidak diperkenankan untuk
memeberikan komentar negatif kepada atlet untuk mencegah turunnya mental atlet.
5.
Apabila ditemukan terjadi cedera,
kekakuan otot yang sangat, hal ini sebaiknya dikemukanan terlebih dulu pada
pelatih untuk ditindaklanjuti oleh pelatih
6.
Waktu masase memeperhitungkan waktu
terjadinya kompetisi, sebagai contoh bila kompetisi akan dimulai dalam 30
menit, masase dilakuakan secara singkat (5-10 menit) sehingga masih terdapat
waktu untuk pemanasan.
7.
Pada olahraga endurance, teknik masase
ditujukan untuk fleksibilitas.
8.
Pada olahraga dengan kebutuhan kekuatan,
target masase adalah otot spesifik yang dipakai dalam pertandingan.
Masase Pada
Pertandingan
Masase dalam
pertandingan dilakukan diantara event olahraga yang dilakukan secara berturut-turut
pada durasi waktu yang pendek (inter–workout-recovery) seperti pada kompetisi
renang, tennis, lari, futsal dan sebagainya (Best et al. 2008: 446).
Pada keadaan ini, masseur
mengidentifikasi tempat terjadinya ketegangan otot maupun gangguan lainnya
yang terjadi selam kompetisi. Pada keadaan ini dilakukan eufleurage dan petrissage
untuk memperbaiki ketegangan otot. Stroking dapat pula dilakukan
untuk meningkatkan peredaran darah. Pada keadaan ini sisa metabolism dapat
lebih cepat tereliminasi. Walaupun demikian stroking yang dilakukan
tidak boleh terlalu dalam karena dalam jangka pendek justru dapat mengganggu
peredaran darah. Pada keadaan ini masseur juga sekaligus mendiagnosis
apabila terjadi gangguan cedera (Hemmings 2001: 165). Pada dasarnya perlu
dilakukan berbagai jenis teknik masase untuk meningkatkan proses pemulihan,
meningkatkan potensi stabilitas kapasitas aerobik dan anaerobik serta
mengurangi resiko cedera (Cafarelli et al. 1992: 8).
Masase intra-event akan
membantu meningkatkan fleksibilitas dan biasanya dilakukan pada waktu jeda
antar set pertandingan. Proses ini penting untuk mencegah terjadinya cedera
akibat keteganagn otot. Masase jenis ini hanya dilakukan selama 10 menit dan
dikerjakan pada area otot yang banyak dipergunakan oleh atlet (Cafarelli et
al. 1992: 8).
Masase Sesudah
Pertandingan
Masase sesudah
pertandingan dilakukan beberapa saat setelah pertandingan dengan tujuan
mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan pembuangan sisa metabolisme yang
terjadi setelah kerja fisik dengan intensitas tinggi. Selain itu dilakukan juga
upaya untuk mengurangi nyeri paska latihan yang terjadi segera maupun beberapa
saat setelah kerja fisik, memelihara jangkauan sendi dan meningkatkan peredaran
darah dan limfe pada otot yang mengalami ketegangan (Hemmings et al. 2000:
109).
Penelitian membuktikan
bahwa penggunaan masase setelah pertandingan mengurangi waktu pemulihan dan
secara bermakna dapat mencegah nyeri setelah pertandingan (DOMS: delayed
onset of muscle soreness) (Hilbert et al. 2003: 72).
Masase setelah
pertandingan dilakukan setelah dilakukan fase pendinginginan dan stretching.
Manfaat dari masase post-event membantu mempercepat pemulihan otot untuk
dapat kembali pada keadaan rileks dan istirahat. Masase pada keadaan ini terjadi
peningkatan balikan darah vena (venous return) sehingga dapat
meningkatkan proses pembersihan sisa metabolisme. Pada keadaan ini, masseur juga
dapat mengidentifikasi adanya titik-titik nyeri yang timbul akibat kerja dengan
intensitas tinggi. Masase setelah pertandingan biasanya dilakukan sekitar 10
sampai 15 menit. Moraska (1995:370) merekomendasikan beberapa jenis teknik yang
dilakukan sebagai berikut:
1.
Effleurage untuk
menenangkan sistem saraf
2.
Compression untuk
mengembalikan serabut otot pada posisinya serta meningkatkan sirkulasi darah
dan limfe.
3.
Petrissage untuk
mengurangi kekakuan otot.
4.
Stroking yang
diakhiri effleurage kompresif untuk meringankan rasa nyeri.
Selama dilakukan
masase, masseur perlu mengidentifikasi adanya luka, memar, gejala strain
ataupun sprain supaya dapat dilakukan penanganan secara dini. Masase
dilakukan 1 sampai 2 jam setelah latihan agar pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi)
yang terjadi setelah latihan dapat normal kembali. Masase setelah pertandingan
dilakukan secara ringan dengan intensitas ringan untuk menghindari perburukan
cedera yang terjadi (Martin et al. 1998: 30).
TUJUAN
UTAMA MASASE
sesudah pertandingan
adalah meningkatkan pembuangan sisa metabolisme dan mengurangi pembengkakan. Eufleurage
ringan akan mengurangi pembengkakan sedangkan petrissage akan membantu
menghilangkan toksin dan mengurangi ketegangan otot. Pada prinsipnya masase
setelah pertandingan adalah mempercepat kembalinya fungsi homeostasis,
mengatasi keteganngan otot, kram dan inflamasi (Callaghan 1993: 28).
PENUTUP
DAN KESIMPULAN
Optimalisasi
kerja atlet dapat dilakukan pada berbagai aspek antara lain, pelatihan kondisi
fisik maupun mental, intervensi nutrisi, strategi kompetisi, manajemen recovery
dan pengembangan metode talent scouting. Dewasa ini masase sebelum pertandingan (pre-event), pada pertandingan
(intra-event) dan sesudah pertandingan (post-event) semakin
dikembangkan untuk mengoptimalkan performa fisiologis, biologis maupun
psikologis atlet. Masase pada atlet bertujuan
untuk mempersiapkan fisik maupun mental atlet sebelum mengikuti pertandingan,
memaksimalkan potensi prestasi atlet, mempercepat proses pemulihan (recovery)
serta mengurangi resiko terjadinya cedera maupun gangguan lain akibat aktivitas
fisik dengan intensitas tinggi. Masase pada atlet dilakuan sebelum pertandingan
(pre-event), pada saat pertandingan (intra-event) dan sesudah
pertandingan (post-event). Masase sebelum pertandingan memiliki tujuan pokok
untuk mengoptimalkan performa fisik atlet. Masase pada saat pertandingan dilakukan
untuk meningkatkan stabilitas performa fisik atlet sedangkan masase sesudah
pertandingan berfungsi untuk mempercepat proses pemulihan. Pada pelaksanananya
masase dalam pertandingan mengakomodasikan teknik masase Swedia seperti : effleurage,
petrissage, vibration, dan tapotement. Pemilihan jenis teknik
manipulasi yang dilakuakn harus disesuaikan dengan tujuan masase. Pada
akhirnya, penggunaan teknik masase yang tepat akan dapat memberikan kontribusi
bagi upaya peningkatan prestasi olahraga atlet.
DAFTAR
PUSTAKA
Best, T.
M., R. Hunter, A. Wilcox and F. Haq (2008). Effectiveness of sports massage
for
recovery of skeletal muscle from strenuous exercise. Clinical Journal of
Sport
Medicine 18(5): 446.
Cafarelli,
E. and F. Flint (1992). The role of massage in preparation for and recovery
from
exercise. Sports Med 14(1): 8.
Callaghan,
M. J. (1993). The role of massage in the management of the athlete: a
review. British Medical Journal 27(1): 28.
Goats, G.
C. (1994). Massage--the scientific basis of an ancient art: Part 1. The
techniques. British Journal of Sports Medicine 28(3): 149.
Hemmings,
B., M. Smith, J. Graydon and R. Dyson (2000). Effects of massage on
physiological
restoration, perceived recovery, and repeated sports
performance. British Journal of Sports Medicine 34(2): 109.
Hemmings,
B. J. (2001). Physiological, psychological and performance effects of
massage
therapy in sport: a review of the literature* 1. Physical Therapy in
Sport 2(4):
165.
Hilbert, J.
E., G. A. Sforzo and T. Swensen (2003). The effects of massage on delayed
onset
muscle soreness. British Journal of Sports
Medicine 37(1): 72.
Martin, N.
A., R. F. Zoeller, R. J. Robertson and S. M. Lephart (1998). The
comparative
effects of sports massage, active recovery, and rest in promoting
blood
lactate clearance after supramaximal leg exercise. Journal of Athletic
Training 33(1):
30.
Moraska, A.
(2005). Sports massage. The Journal of sports medicine and physical
fitness 45: 370.